PANDEGLANG.- PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk dalam waktu dekat ini akan menjalin kerjasama dengan Forum Pelestari Terumbu Karang (F-PTK) Provinsi Banten terkait Gerakan Rehabilitasi Terumbu Karang (GRTK), sebagai bagian dari upaya perusahaan dalam melakukan konservasi dan restorasi keanekaragaman hayati.
Hal itu ditegaskan Vice President Corporate Relation and Sustainability (CRS), Edi Rivai dalam rapat online/webinar yang digelar, Kamis (19/11/2020).
“Usai menghadiri Peluncuran GRTK II di Pulau Liwungan, Kampung Cipanon, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Panimbang, Pandeglang pada 10 November 2020, kami langsung melakukan pertemuan di internal Chandra Asri guna menindaklanjuti dukungan yang akan diberikan kepada F-PTK Banten sebagai inisiator GRTK. Ini merupakan bentuk kesungguhan kami dalam mendukung gerakan-gerakan yang mendorong konservasi dan restorasi keanekaragaman hayati di Provinsi Banten,” katanya.
Hadir dalam webinar tersebut, Corporate Social Responsibility (CSR) Senior manager, Abraham Sinatrawan, Community Relation Manager, Wawan Mulyana, Circular Economy and Sustainability, Donny Adolf dan Tim CSR maupun Safety Health and Environment (SHE).
Ditegaskan, Manajemen Chandra Asri sangat mengapresiasi kepedulian yang sudah diwujudkan para pahlawan lokal (local hero) setempat, lintas komunitas dan lintas stakeholders/sektoral dari unsur pemerintah maupun swasta yang tergabung dalam F-PTK Banten dalam upaya melestarikan keberadaan terumbu karang di wilayah Banten.
“Dari hasil paparan yang disampaikan oleh Koordinator F-PTK Banten juga pelaku konservasi ekosistem laut dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon maupun Ketua Komunitas Aktivitas Insan Peduli Konservasi Alam (KAIPKA) Ujung Kulon yang konsen dalam budidaya Butun (Baringtonia asiatica), masalah rusaknya terumbu karang maupun ekosistem di darat, yang fungsinya sebagai penyumbang oksigen maupun pencegah abrasi laut/pengurangan risiko bencana saat ini sangat besar. Dibutuhkan peran seluruh elemen masyarakat serta pemangku kepentingan terkait dalam penanganannya,” tambahnya.
Hal senada dikatakan Abraham Sinatrawan. “Dukungan kami terhadap GRTK dan juga pelestarian pohon Butun sebagai tanaman endemik Ujung Kulon, serta konservasi bawah laut akan ditindaklanjuti oleh tim Chandra Asri dalam waktu dekat ini,” tandasnya.
Sementara itu, Koordinator F-PTK Banten, Nurwarta Wiguna memaparkan rencana program dan kegiatan F-PTK Banten pada 2021-2025. “Ada 4 program yang akan kami laksanakan pada periode lima tahun ke depan yakni rehabilitasi, edukasi, pengembangan sumber daya manusia (community development) dan kelembagaan, serta pelayanan masyarakat,” katanya.
Tinggal Air dan Pasir
Kepala Resort Pulau Peucang Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK), Mumu Muamalah menyampaikan kondisi laut Banten saat ini tinggal air dan pasir. Hal itu, selain diakibatkan faktor alam, seperti bencana juga ulah manusia.
“Selama mengabdi di Balai TNUK, saya sudah ratusan kali melakukan penyelaman dalam upaya konservasi dan monitoring ekosistem bawah laut. Saya tahu persis kondisi ekosistem bawah laut saat ini, sudah sangat mengkhawatirkan,” tandasnya.
Dijelaskan, jika ingin anak cucu saat ini dan kelak masih bisa menjadi laut sebagai sumber kehidupan, maka masyarakat bersama pemerintah dan komponen lainnya harus segera merehabilitasi ekosistem bawah laut yang salah satunya melalui adopsi/transplantasi terumbu karang.
“Terumbu karang sangat vital, karena sumber bagi kehidupan biota laut lainnya. Tanpa terumbu karang, tidak aka nada kehidupan di laut, yang berarti laut tidak akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia,” ungkapnya.
Budidaya Butun
Ketua KAIPKA Ujung Kulon, Ramli Idris menyatakan, keberadaan Butun, sebagai pohon khas Ujung Kulon saat ini sangat langka. “Atas dasar itulah, kami melakukan budidaya sekaligus melakukan penanaman di beberapa wilayah, khususnya di beberapa wilayah Pandeglang, seperti Sumur, Cimanggu, Cibaliung dan Panimbang.
Kata Ramli, sampai sekarang, sudah ribuan pohon Butun yang sudah ditanam oleh KAIPKA dengan pelibatan siswa. “Sebagai tenaga pendidik, saya berupaya menanamkan kecintaan pada anak untuk menanam atau berkarakter konservasi,” pungkasnya.***