SELAMAT DATANG DI LAMAN GERAKAN REHABILITASI/RESTORASI TERUMBU KARANG (GRTK) SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA BERBASIS PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN MATAPENCAHARIAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE LIVELIHOOD)

SELAMAT DATANG DI LAMAN FORUM PELESTARI TERUMBU KARANG (F-PTK) PROVINSI BANTEN

PUSTAKA TERANG (PUSAT DATA DAN KATALOG TERUMBU KARANG)

A. TENTANG TERUMBU KARANG

Terumbu karang berasal dari dua kata yaitu terumbu dan karang, dimana masing-masing kata mempunyai pengertian sendiri. Terumbu adalah hasil endapan masif Kalsium Karbonat (CaCO3) yang terbentuk dari proses metabolisme biota laut yang bersimbiosis dengan alga Zooxanthellae, sedangkan karang ialah hewan avertebrata laut yang berbentuk seperti ubur-ubur terbalik yang sering disebut sebagai polip. Jadi bisa dikatakan bahwa terumbu karang adalah kumpulan dar hewan karang (polip) yang membentuk terumbu.

Karang Hidup dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu karang keras dan karang lunak. Karang keras merupakan kelompok karang yang dapat mensekresikan/membentuk rangka kapur yang terdiri dari unsur Ca+ dan ion karbon yang diendapkan didasar tubuhnya sehingga membentuk terumbu.

Proses pengendapan tersebut dibantu oleh alga uniseluler yang biasa disebut alga Zooxanthellae (baca: zuusantel). Karang lunak merupakan kelompok karang yang tidak bisa mengendapkan kalsium karbonat (CaCO3) sehingga tidak bisa membentuk terumbu.

B. Faktor-faktor lingkungan yang menjadi pembatas pertumbuhan terumbu karang

Terumbu karang dominan hidup didaerah tropis karena terumbu karang membutuhkan sinar matahari dalam membantu pertumbuhannya. Berikut adalah faktor pembatas pertumbuhan terumbu karang:

C. MANFAAT TERUMBU KARANG

Ekosistem terumbu karang sebagai penyokong kehidupan di lautan, memiliki banyak manfaat bagi biota laut, lingkungan maupun manusia.

EKOLOGI

Sebagai penyedia habitat : Terumbu karang dengan berbagai bentuknya memberikan relung-relung yang bisa menjadi habitat berbagai biota laut.

Tempat mencari makan : Terumbu karang mampu menyediakan berbagai makanan bagi semua biota laut mulai dari plankton sampai dengan ikan predator tingkat tinggi. Karena terumbu karang merupakan tempat berbagai biota laut untuk berinteraksi.

Tempat berkembang biak, tempat berlindung dan Tempat pengasuhan anak ikan : Terumbu karang yang menjadi habitat berbagai kehidupan biota laut adalah tempat untuk berkembang biak sekaligus untuk berlindung dari pemangsa dan tempat yang ideal untuk mengasuh binih dan juvenil berbagai jenis ikan, krustase maupun biota lainnya.

Pelindung wilayah pantai : Keberadaan terumbu karang bersama dengan ekosistem lamun dan mangrove menjadi garda terdepan dalam meredam energi gelombang yang akan masuk ke daratan. Terumbu karang memiliki struktur yang kuat dengan kerangka kapurnya beserta bentuknya yang bermacam-macam, akan mampu meredam kekuatan energi gelombang laut sebelum sampai kedaraatan.

Mengurangi pemanasan global : Kemampuan karang untuk mengendapkan kalsium karbonat yang merupakan bagian dari siklus karbon menjadi salah satu bentuk pengurangan pemanasan global yang disebabkan oleh gas-gas seperti CO2 yang dilepaskan ke udara.

EKONOMI

Sumber protein : Terumbu karang yang sehat mampu menyediakan ikan tangkapan sebesar 20 ton/km2, ikan yang ditangkap menjadi sumebr protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia.

Sumber mata pencaharian (nelayan, pengusaha ekowisata, pemandu wisata, pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya) : Terumbu karang sehat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat pesisir baik secara langsung maupun tidak langsung. Diantaranya memberikan mata pencaharian bagi nelayan dalam menangkap berbagai jenis ikan. Para pengusaha wisata membuat paket wisata dan penginapan untuk wisatawan yang ingin menikmati keindahan terumbu karang. Para pemadu wisata lokal bisa menyediakan jasa pemanduan untuk menuju lokasi terumbu karang yang indah.

Objek wisata : Beraneka ragam bentuk dan warna terumbu karang, serta biota laut yang berasosiasi menjadikannya sebagai salah satu lokasi untuk berwisata baik dalam bentuk snorkeling maupun diving.

Sumber bibit untuk budidaya : Perkembangan budidaya laut saat ini terus berkembang dan semakin luas. Berbagai jenis biota laut sudah bisa dibudidayakan di tempat alami maupun terkontrol, seperti ikan kerapu, teripang atau rumput laut, sehingga kebutuhan akan bibit menjadi hal yang penting. Salah satu peran dari terumbu karang adalah menyediakan bibit-bibit indukan yang sehat bagi kebutuhan budidaya.

SOSIAL

Terumbu karang memiliki nilai estetika dan juga mempunyai nilai sosial budaya : Keindahan terumbu karang yang berwarna-warni dengan ikan dan biota laut lainnya yang tinggal didalamnya menjadikan terumbu karang memiliki nilai estetika yang tinggi, sehingga menjadikannya sebagai tempat untuk berinteraksi bagi masyarakat pesisir yang beragam profesinya baik sebagai nelayan, pemandu wisata maupun sebagai wisatawan. Hal ini menjadikan terumbu karang sebagai tempat tumbuhnya nilai sosial dan budaya. Kita ambil contoh aturan adat yang melarang menangkap ikan di waktu-waktu tertentu di daerah ambon atau papua yang biasa disebut dengan sasi laut, sangat dipatuhi oleh warganya.

Umumnya masyarakat pesisir melakukan aktivitas penangkapan ikan secara berkelompok dan proses pengolahan hasil tangkapan juga melibatkan seluruh anggota keluarga : Penangkapan ikan yang dilakukan di sekitar terumbu karang menjadikan ekosistem ini sebagai tempat bertemu dan berinteraksinya nelayan dari berbagai daerah, baik dari masyarakat lokal maupun pendatang. Hal ini membuka peluan komunikasi antar nelayan.

PUSTAKA TERANG
(PUSAT DATA DAN KATALOG TERUMBU KARANG)

TENTANG TERUMBU KARANG

Terumbu karang berasal dari dua kata yaitu terumbu dan karang. Pada masing-masing kata mempunyai pengertian tersendiri. Terumbu adalah hasil endapan masif Kalsium Karbonat (CaCO3) yang terbentuk dari proses metabolisme biota laut yang bersimbiosis dengan alga Zooxanthellae, sedangkan karang ialah hewan avertebrata laut yang berbentuk seperti ubur-ubur terbalik yang sering disebut sebagai polip. Jadi bisa dikatakan bahwa terumbu karang adalah kumpulan dar hewan karang (polip) yang membentuk terumbu.

Karang Hidup dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu karang keras dan karang lunak. Karang keras merupakan kelompok karang yang dapat mensekresikan/membentuk rangka kapur yang terdiri dari unsur Ca+ dan ion karbon yang diendapkan didasar tubuhnya sehingga membentuk terumbu.

Proses pengendapan tersebut dibantu oleh alga uniseluler yang biasa disebut alga Zooxanthellae (baca: zuusantel). Karang lunak merupakan kelompok karang yang tidak bisa mengendapkan kalsium karbonat (CaCO3) sehingga tidak bisa membentuk terumbu.

Faktor-faktor lingkungan yang menjadi pembatas pertumbuhan terumbu karang

Terumbu karang dominan hidup didaerah tropis karena terumbu karang membutuhkan sinar matahari dalam membantu pertumbuhannya. Berikut adalah faktor pembatas pertumbuhan terumbu karang:

Hewan karang biasanya dapat tumbuh pada suhu 180C – 360C dan pertumbuhan optimum terjadi di perairan yang rata-rata suhu tahunannya 260C – 280C (Birkeland,1997). Pada kondisi suhu perairan yang terlalu rendah atau tinggi, dapat menyebabkan jaringan karang mengalami kehilangan zooxanthellae. Kenaikan suhu 20C – 40C dapat merusak jaringan karang, dan kenaikan 40C – 50C dapat menyebabkan kematian karang. Kenaikan suhu juga dapat menyebabkan terhambatnya proses enzimatis dan kalsifikasi karang (Grigg dan Dollar, 1990; Suharsono dan Kiswara, 1948).

Salinitas (kadar garam) perairan yang baik buat pertumbuhan karang adalah sekitar 30 PSU – 35 PSU (Romimohtarto dan Juwana, 1999). Menurut Suharsono (1996), terbatasnya sebaran karang di Teluk Persia dan Laut Hindia Selatan ditentukan oleh adanya salinitas yang ekstrim yaitu 46 dan 26 PSU. Karang adalah organisme laut sejati, sehingga tidak dapat bertahan hidup pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air laut normal yaitu 30 PSU – 35 PSU. Kehidupan hewan karang secara fisiologis dipengaruhi oleh salinitas yaitu berkaitan dengan adanya tekanan osmosis dalam jaringan karang. Terumbu karang tidak terdapat didaerah perairan yang dekat dengan muara sungai atau daerah bercurah hujan tinggi (Ditlev, 1980; Levington,1982; dalam Boli, 1994). Sebagai contoh di pantai timur sumatera, pantai selatan Irian Jaya, dan pantai selatan kalimantan tidak dijumpai terumbu karang.

Pertumbuhan karang akan sangat lambat dan tidak akan terbentuk bangunan kapur apabila zooxanthellae tidak tersedia (Goreau, 1961). Hal ini disebabkan karena cahaya merupakan faktor lingkungan yang penting dalam membantu proses pertumbuhan zooxanthellae, sehingga cahaya merupakan faktor lingkungan yang mengontrol distribusi vertikal karang. Menurut Goreau (1959) ada korelasi positif antara laju kalsifikasi dan fotosintesis. Berdasarkan beberapa penelitian dilaporkan bahwa pertumbuhan karang mempunyai korelasi positif dengan lama penyinaran matahari bukan dengan intensitas cahaya. (Bak, 1974; Walsh, 1975; Brown et al., 1986; Supriharyono 1986). Intensitas cahaya yang masuk ke perairan dipengaruhi oleh padatan dan partikel yang ada di kolom perairan. Kekeruhan atau turbiditas dapat mempengaruhi penetrasi cahaya atau intensitas cahaya kedalam perairan (Supriharyono, 2000). Ketika partikel-partikel bertambah di kolom perairan maka, turbiditas akan terus meningkat dan mengurangi cahaya yang mengenai komunitas planktonik dan bentik (Tomascik et al., 1997).

Pertumbuhan karang juga dibatasi oleh perbedaan kedalaman, terumbu karang suliit berkembang pada kedalaman lebih dari 50-70 m. Alasan utamanya adalah berhubungan dengan kebutuhan karang akan cahaya (Nybakken,1992). Pertumbuhan optimum karang pada umumnya terjadi pada kedalaman di bawah permukaan, hal ini berkaitan dengan cahaya (Supriharyono, 2000) Menurut Supriharyono (2000), umumnya kedalaman yang masih baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar antara 10-15 meter. Semakin dalam perairan, laju pertumbuhan karang akan menurun, tergantung pada kondisi lingkungan dan spesies karang yang hidup. Nontji (1993), menyatakan kedalaman berhubungan dengan faktor lingkungan yang lainnya seperti cahaya, pergerakan air, dan pada beberapa tempat suhu dan salinitas. Kedalaman maksimum untuk hewan karang membentuk terumbu adalah sampai kedalaman 40 m.

Sedimentasi di suatu perairan yang tinggi akan menyebabkan kematian karang. Sedimentasi menghambat pertumbuhan karang berdasarkan beberapa alasan: Pertama, sedimentasi mengurangi penetrasi cahaya yang digunakan untuk proses fotosintesis karena adanya partikel di kolom perairan. Kedua, pengendapan sedimen di atas koloni karang membuat karang banyak mengeluarkan energi untuk membersihkan diri darisedimen tersebut. Akibatnya karang akan kehilangan energi, yang selanjutnya dapat mengurangi aktivitas karang untuk mencari makanan dan metabolisme. Dengan kata lain kehilangan energi ini akan menghambat pertumbuhan karang (Lane, 1991).

Derajat keasaman (pH) merupakan fungsi dari reaksi karbondioksida, asam askorbat, ion bikarbonat didalam air. Skala pH menunjukkan perbandingan konsentrasi antara ion H+ dan OH-. Sistem karbondioksida, asam askorbat, ion bikarbonat berfungsi sebagai penyangga yang dapat mempertahankan pH air laut dalam suatu kisaran yang sempit (Nybakken,1982). Menurut Tomascik et al. (1997), habitat yang cocok bagi pertumbuhan terumbu karang yaitu pada pH 8,20 – 8,50.

PROFIL F-PTK PROVINSI BANTEN

FORUM Pelestari Terumbu Karang (F-PTK) Provinsi Banten didirikan pada 12 September 2020. Kelahiran forum ini setelah adanya gagasan Gerakan Menanam di Dasar Laut dari Manajer Sobong Terpadu Sumbagsih, Nurwarta Wiguna atas keprihatinannya melihat kondisi Pulau Badul yang berlokasi di Kampung Katapang, Desa Tunggaljaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang yang rusak (pepohonan maupun terumbu karangnya) akibat diterjang Tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018.

Atas dasar itu, pada 5 September 2020, Nurwarta Wiguna mengundang komunitas Paniis Lestari (Panles), Berkah Jangkar Sam (BJS), Komunitas Peduli Lingkungan Sekitar (Kompilasi), Pengurus Gerakan Pramuka Kwartir Ranting (Kwarran) Kecamatan Sumur, Perwakilan dari Pramuka Saka Bahari, Sarip, Anak Pantai Cipanon (APC) Panimbang dan Komandan Pos Angkatan Laut (Danpos AL) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kecamatan Sumur, Agus Budi Santoso.

Dalam pertemuan tersebut disepakati dimulainya Gerakan Menanam di Dasar Laut atau Transplantasi Terumbu Karang di Pulau Badul, Kecamatan Sumur pada tanggal 28 Oktober 2020 bertepatan dengan Peringatan Hari Sumpah Pemuda dan di Pulau Liwungan, Kecamatan Panimbang pada 10 November 2020 bertepatan dengan Peringatan Hari Pahlawan.

Beberapa minggu sebelum dilaksanakan kegiatan, penamaan Penamaan Gerakan Menanam di Dasar Laut kemudian diubah menjadi Gerakan Rehabilitasi Terumbu Karang (GRTK), atas masukan dari Pembina Yayasan Konservasi Selat Sunda (YKSS), Mumu Muamalah yang juga pegawai Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK).

Gagasan menggelar GRTK I & II rupanya mendapat dukungan dari sejumlah komunitas yang bergerak di bidang sosial, lingkungan, kebencanaan, pelaku wisata dan institusi lembaga pemerintah di Provinsi Banten. Mereka kemudian bergabung bersama F-PTK Banten. Selanjutnya, F-PTK Banten menggelar GRTK I di Pulau Badul pada 28 Oktober 2020 dan GRTK II di Pulau Liwungan pada 10 November 2020 yang mendapat apresiasi dari sejumlah komunitas, lembaga/institusi baik pemerintah, TNI dan Polri, perusahaan serta stakeholders kebencanaan lainnya. Salah satu perusahaan yang mengapresiasi GRTK F-PTK Banten yakni PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk yang saat itu berencana akan melakukan kerjasama/kemitraan dalam rangka mendukung program F-PTK Banten terkait rehabilitasi Terumbu Karang.

VISI

Mendukung Terwujudnya Ekosistem Pesisir & Laut yang Lestari guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Banten sebagai Wilayah Maritim

MISI

  1. Menguatkan kelembagaan F-PTK Banten sebagai Wadah Penggerak & Penggiat Konservasi Bawah Laut (Terumbu Karang);
  2. Mengembangkan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkarakter Konservsi;
  3. Meningkatkan Kesadaran & Partisipasi Aktif Masyarakat dalam Mendukung Pengelolaan Ekosistem Pesisir & Laut;
  4. Memelihara, Menjaga, Merawat dan Melindungi Ekosistem Pesisir & Laut secara Berkelanjutan;
  5. Membangun Jejaring Kemitraan dengan Pentahelix (Pemerintah, Bisnis, Akademisi, Organisasi Masyarakat dan Media Massa).

 

TUJUAN STRATEGIS

  1. F-PTK Banten menjadi Lembaga yang Profesional dengan Dukungan Sumber Daya Manusia, Sarana dan Anggaran yang Memadai (Misi 1);
  2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Berkarakter Konservasi guna Mendukung Pengelolaan Ekosistem Pesisir & Laut yang Berkelanjutan Meningkat (Misi 2);
  3. Kesadaran & Partisipasi Aktif Masyarakat dalam Mendukung Pengelolaan Ekosistem Pesisir & Laut yang Mendorong Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Meningkat (Misi 3);
  4. Kuantitas & Kualitas Dukungan Pengelolaan Ekosistem Pesisir & Laut Meningkat (Misi 4);
  5. Penegakkan Supremasi Hukum Wilayah Pesisir & Laut Meningkat (Misi 4);
  6. Dukungan Pentahelix di Tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi maupun Pusat guna Memperkuat Pengelolaan Ekosistem Pesisir & Laut Meningkat (Misi 5).

PROGRAM & AKSI

Pada periode 2020-2023, Program dan Aksi F-PTK Banten mengusung tajuk Gerakan Rehabilitasi/Restorasi Terumbu Karang (GRTK) dengan fokus pada 3 (tiga) pilar yakni :

  1. Penguatan Kapasitas Organisasi;
  2. Rehabilitasi, Adaptasi & Mitigasi;
  3. Kerjasama & Kemitraan.

Pada periode tersebut, fokus kegiatan diarahkan pada menyosialisasikan eksistensi/keberadaan F-PTK sebagai salah satu perkumpulan/komunitas penggerak peduli terhadap pelestarian terumbu karang dengan melaksanakan aksi transplantasi karang di tiga pulau sasaran yakni Badul (Kecamatan Sumur) dan Liwungan (Kecamatan Panimbang) Kabupaten Pandeglang serta Pulau Tunda (Kecamatan Tirtayasa) Kabupaten Serang.

Pelaku utama dalam kegiatan transplantasi adalah nelayan dan pelaku/penggiat wisata di lokasi aksi. Mereka diberikan pengetahuan dan keterampilan awal, mulai dari membuat rak jaring laba-laba (Web Sipder) sampai pada transplantasi pada kedalaman 3-5 meter. 

Selama 4 (empat) tahun, F-PTK Banten telah menjalin kerjasama & kemitraan dengan berbagai elemen/kelompok/organisasi kemasyarakatan serta unsur pemerintah, baik daerah maupun pusat.

Sedangkan, dari hasil aksi ditelah ditransplantasi sekira 1.500 rak jaring laba-laba (spider web) atau sekira 15.000 pragmen/biota karang tersebar di ketiga pulau tersebut, terbanyak di Liwungan dan Badul melalui PT. Telkom Indonesia yang menggandeng Lembaga Amil Zakat Harapan Shuafa (LAZ Harfa) dalam Program BUMN Peduli Indonesia (lihat data donasi/donatur).

Pada periode 2024-2029, bertajuk “Gerakan Membangun Terumbu Karang” atau Gerbang Terang.

Pada periode ini, F-PTK Banten mengusung 5 (lima) Pilar Program & Aksi, yakni :

  1. Penanaman Karakter Konservasi pada Nelayan, Pelajar dan Mahasiswa; 
  2. Perlindungan Keanekaragaman Hayati BAwah Laut;
  3. Mitigasi Bencana (Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat;
  4. Menjaga Keberlangsungan Matapencaharian Nelayan (Sustainable Livelihood); 
  5. Mendukung Sektor Wisata Bahari/Bawah Laut.

Adapun aksi yang akan dilaksanakan meliputi :

  1. Transplantasi Karang dengan Metode Jaring Laba-Laba;
  2. Coral Reef goes to School, Campus & Pesantren;
  3. Pemilihan Duta Terumbu Karang (Duta Terang);
  4. Forum Diskusi Terang;
  5. Pelatihan Pemandu Wisata bagi Nelayan;
  6. Penyebarluasan informasi Terumbu Karang melalui Website/Majalah F-PTK Banten dan Media Massa (Cetak, Elektronik dan Online);
  7. Pelatihan Pencarian & Pertolongan (Search & Rescue) kerjasama dengan Kantor Pencarian & Pertolongan (Basarnas) Banten.